Pages

Kamis, 15 Januari 2015

Cerpen "Buwuh"





Pagi yang cerah mengawali hari pertama Wati masuk sekolah setelah dua minggu lamanyamasa liburan. Wati mengayuh sepeda dengan senyuman yang tercetak jelas di wajah polosnya, membuat semua orang yang melihat terbawa senang.Itu karena pada tahun ajaran baru, Wati menggunakan barang serba baru, mulai dari sepatu, tas, seragam sekolah, peralatan tulis bahkan jepit rambutnya pun baru. Barang-barang baru tersebut diperolehnya sebagai hadiah dari orangtua Wati karena semester lalu ia mendapat peringkat pertama dikelasnya.
Teng… Teng..
Waktu menunjukkan pukul 13.00 WIB. Senyum bahagia tergambar di wajahsiswa kelas V-A, tak terkecuali Wati. “ Horeee waktunya pulang!”Sorak mereka. Setelah berkemas, dengan cepat Wati mengambil sepedanya dan melesat jauh menuju rumah yang berjarak satu kilometer dari sekolahnya. Dia terbayang-bayang makanan yang akan mengisi perut kosongnya nanti.
“Assalamualaikum! Pak, Buk, Wati pulang,” ucap Wati saat memasuki rumah. “Loh, kok gak ada orang? Pada kemana ni?” Batin Wati saat melihat  suasana rumahnya yang sepi. Kemudian ia menuju dapur, berharap menemukan sesuatu untuk mengisi perutnya. Dan apa yang diharapakannya pun terwujud. Terdapat sebuah kotak yang berisi nasi, sambal goreng pete, ayam bumbu bali pedas , capcay dan seiris semangka. “sluurrrrrrrrrrp…….” Seakan air liur Wati akan menetes.
Tanpa berpikir panjang, ia segera melahap apa yang ada di depannya.Tonjokan berupa nasi kotak.Tonjokan  adalah sesuatu yang dibagikan oleh seseorang yang mempunyai hajat kepada tetangga, kerabat, sanak famili, dan masyarakat di sekitarnya. Entah itu acara pernikahan, khitanan, tahlilan, brokohan, ulang tahun, dsb. Tonjokan bisa berupa nasi beserta lauknya, bisa juga jajanan tradisional.
Alhamdulillah, kenyang..”gumamnya setelah menghabiskan Tonjokan berupa nasi kotak tadi. Dengan kondisi perut kenyang, ia berjalan menuju kamar dan merebahkan tubuhnya. Semilir angin membuat matanya terasa berat.Tak lama kemudian, ia pun tertidur.
***
Nduk Wati, bangun Nduk bangun. Sudah jam empat lho kamu belum mandi!”Kata ibu sambil membangunkan Wati.
“Iya Bu, Wati bangun,jawab Wati dengan nada malas. Ia pun bangun sambil mengucek mataguna memperjelas penglihatannya. Dan ternyata benar, bayang-bayang benda memanjang ke arah timurmenunjukkan saat ini sudah sore. Wati bangkit dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi .
Sudah menjadi kebiasaan keluarga Wati pada sore hari yaitu bersantai bersama di bale rumah.
“Pak kok akhir-akhir ini banyak orang punya gawe ya,” kata ibu Wati seraya meletakkan teh manis di meja.
Ya iya to Buk,wong ini kan bulan Muharram,makanya banyak orang punya gawe di bulan baik ini,jawab Bapak Wati sambil meminum teh yang dibuat oleh istrinya.
“Pak, tadi ada orang nganterin tonjokan dari Pak Wanto orang desa sebelah itu lho Pak,ujar Ibu Wati bersamaan dengan datangnya Wati yang baru saja selesai sholat ashar.
Nduk sapukno bale iki ndang Cah ayu!” Suruh Ibu Wati.
Inggih Bu,jawab Wati seraya mengambil sapu di dekat pintu.
 “Wah Pak, Ibu sampai bingung mau menghadiri acara yang mana,lha wong kabeh kenal dekat,” keluh Ibu Wati. 
“Iya to Bu, tonjokan dari Bu Ninda Hasan tadi siapa yang makan?” Tanya Bapak Wati.
“Iya itu Ibu juga tidak tahu, Pak berarti yang makan tonjokan itu yang harus buwuh!Sahut Ibu. Wati yang mendengar itupun terkejut. “Apaaaaa?!! Aku tadi yang makan tonjokan,  waduh bisa gawat ini!Batin Wati.
 Sampun resik Bu,” kata Wati yang sudah menyelesaikan tugas menyapunya.
“Ya sudah maturnuwun nggih cah ayu, Ibu tak masuk dulu,” Ibu Wati mengambil gelas bekas teh manis tadi.
“Bagaimana hari pertama di sekolah, Ti?”Tanya Bapak Wati memulai pembicaraan.
“Biasa Pak, kan belum mulai pelajaran,” jawab Wati.
Pintu gerbang rumah terbuka memperlihatkan seorang gadis yang diketahui adalah anak pertama di keluarga Wati bernama Mbak Nurul.
“Assalamualaikum ..” Mbak Nurul memberi salam kepada keduanya.
“Waalaikumsalam.. “ jawab Bapak dan Wati bersamaan.
“Sudah pulang toNduk?”
InggihPak, saya hari ini ada kuliah siang dan sore,
“Ya wis, ayo masuk sebentar lagi magrib.
Terdengar sayup-sayupadzan magrib. Keluarga Wati pun bersiap untuk menunaikan ibadah sholat magrib di surau dekat rumah.Setelah sholat, Wati tetap terngiang-ngiang perkataan ibunya soal siapa yang makan tonjokan itu berarti dialah yang buwuh.Buwuh pada masyarakat jawa adalah tradisi menghadiri acara yang digelar setelah menerima tonjokan dan umumnya juga memberikan balasan yang paling sering  berupa uang atau bahan makanan seperti: gula,kecap,mie dan lain-lain.
“Kalau buwuh harus membawa amplop yang didalamnya ada uang.Waduh aku dapat uang dari mana buat buwuh, kalau minta uang jajan sih belum cukup.Apalagi bapak dan ibu sudah membelikanku banyak hadiah karena rangking satu,” begitu pikir Wati. Dua jam berlalu, jam dinding yang sengaja diletakkan miring itu menunjukkan pukul 21.00. Ini sudah terlalu malam untuk Wati yang tak betah begadang apalagi melebihi jam tidurnya yaitu jam 20.00 .
“Ahaaaaaaaa!!!!!” Wati berteriak senang setelah mendapatkan ide cemerlang dari otaknya yang tak diragukan lagi encernya tetapi polosnya minta ampun. Wati berjalan mendekati celengan milik ibunya  yang terbuat dari tanah liat bergambar Spongebob. Dengan mengendap-endap Wati membawa celengan itu dalam dekapan tangan mungilnya.Wati teringat ibunya yang selalu memberi makan Spongebob dengan sisa uang belanja kedalam celengan itu.
Akhirnya dengan pertimbangan yang telah mutlak dibuatnya, Wati memutuskan untuk memecah celengan Spongebob kesayangan Ibu Wati. Wati membungkus celengan itu dengan kaos lalu memukulnya dengan batu yang diambilnya dari teras rumah dan terbukalah celengan itu. Kemudian dihitungnya ratusan uang receh dan puluhan uang lembaran yang terdapat pada celengannya. Lalu ditaruhnya seluruh uang hasil dari memecah celengan kedalam  kaleng wadah biskuit mondo berukuran sedang.
   Kukuruyuuuuuuuuuuuuukkkkkkkkkkkkkk……….
Suara ayam berkokok membangunkan Wati dalam tidur nyenyaknya. Pagi yang mendung seperti suasana hati Wati yang merasa bersalah untuk memecahkan celengan Ibunya.Karena kemarin sebelum makan tonjokan tak bertanya dulu, habislah nasi sudah menjadi bubur.
Sesampainya di sekolah, Wati duduk merenung di bangkunya. Kemudian datanglah Indah teman sebangkunya.
“Hai Wati, kamu kok kelihatan tak semangat sekali, ada masalah apa??” Tanya Indah  teman sebangkunya.
“ nggak ada apa-apa kok nggak usah khawatir Ndah..” 
“beneran nih padahal kemarin kamu semangat banget beda banget sama hari ini,”
“ HmmNdah sebenarnya aku … aku …”
Kenapa Ti ? ada apa? Gue janji akan bilang siapa-siapa kok,
Kemarin sehabis pulang sekolah aku pulang lalu menemukan…..”
Bu Liza sudah datang ayo bersiap !!”Teriak Alif ketua kelas V-A.
“Ya udah Ndah, nanti istirahat aku kasih tau.”
Okee !
(Waktu Istirahat)
Eh gimana yang tadi ayo lanjutin ceritanya,Ti !
Itu… aku memakan kotak tonjokan dan ibu bilang siapa yang makan berarti dia yang harus pergi buwuh.
Ohh gitu aja , emang masalahnya dimana?”
Aduhh kamu ini ya. Aku kan yang makan, berarti aku juga yang harus pergi buwuh, Indah.”
Ahahahaha Wati kamu kok polos banget sih. Cuma itu doang?” Tanya Indah
Bukan!! Tapi kalau buwuh pasti harus bawa amplop dan pasti isinya uang. Jadi….??
Jadi kenapa?”Tanya Indah penasaran.
Aku pecahin celengan Spongebob kesayanganku, dan selepas sekolah nanti uangnya aku tukarkan ke indoapril deket rumah ” ujar Wati.
“wuahaaaahahaha sampai segitunya wahahaha “ Indah tertawa menggelegar terdengar hingga ujung sekolah.
“ssssssttt jangan keras-keras liat anak-anak yang lain pada lihat kesini tau!” seru Wati panik . Apalagi Alif datang mendekat.
Ti, Indah kenapa? Kok Ketawa-ketawa ?” Tanya Alif si ketua kelas.
Enggak, nggak ada apa-apa kok, ya Ndah “ sangkal Wati sambil memberi kode pada Indah untuk tidak memberitahukannya pada Alif.
“whaha.... itu si Wati juara kelas kita dia itu hmmmtt,” ucapan Indah terpotong akibat Wati membekap mulutnya.
“Wati mau pergi buwuh gara-gara dia yang makan tojokannya, jadi dia mecahin celengannya buat isi amplopnya. Begitu ???Seru Indah yang telah bebas dari bekapan Wati.
“terserah deh!Ketawa aja Lif gak usah di empet, “ ujar Wati kesal.
“Nggak kok Ti, niat kamu baik buwuh pakek uang sendiri. Tapi sebaiknya uang hasil mecahin celenganmu ditabung lagi, nanti buat biaya kita jadi manten 15 tahun lagi,“ ujar Alif dengan lantangnya tanpa keraguan sedikitpun.
“cieeeeeeecieee yang mau jadi manten !!” Teriak anak V-A. Suasana kelaspun menjadi riuh akibat lamaran tidak langsungnya dari Alif. Wati yang mendengar itu langsung speechless tak mampu mengucapkan apa-apa.
Di teras rumah, Mbak Nurul menyapu dengan bersenandung ria mengikuti musik yang dia dengarkan lewat headphonenya hingga tak terndengar bunyi langkah kaki mendekat dari dalam rumah.
OalahNduk, kamu ini dipanggil Ibu berkali-kali kok nggak denger !” Kata ibu jengkel.
Ngapunten bu, lagi dengerin music rock hehehe..” ujar Mbak Nurul.
“Nduk, kamu tahu celengan bentuk Spongebob yang Ibu taruh di meja dekat dapur ?” Tanya ibu.
“Nurul nggak tahu Bu, kemarin sore waktu Nurul ambil nasi di dapur Nurul sempat lihat masih ada. Orang Nurul masih sempat masukin uang sisa beli sabun ke situ ko Bu.” Jawab mbak Nurul.
“La terus di mana yo wong nggak ada yang mindah. Celengan itu mau Ibu bethok buat biaya kamu kuliah.”
“Tanya aja Bu sama Wati, mungkin dia tahu!”
“Sudah selesai kau menyapu? “
“Sedikit lagi . Ada apa bu?”
“Ya udah, Ibu tak cari Wati semoga dia tahu.”
Ibu berjalan ke kamar Wati, namun tidak menemukan Wati di dalam. Ketika Ibu  masuk ke kamar Wati, Ibu menemukan pecahan celengan berbentuk Spongebob di pojok kamar Wati. Ibu Wati sontak terkejut dan marah  melihat celengan Spongebobnya telah pecah dan tidak ada satupun uang yang tersisa.
Pukul lima sore Wati belum juga pulang ke rumah, ibu menunggu Wati dengan perasaan marah dan khawatir mengapa Wati belum sampai di rumah. Padahal waktu pulang sekolah sejak pukul dua siang tadi. Ibu sudah menelepon pihak sekolah dan tidak ada kegiatan yang mengharuskan siswanya pulang melebihi jam sekolah. Perasaan khawatirnya membuat Ibu lupa akan memarahi Wati saat ia pulang nanti.
Wati masih bingung apa yang harus ia lakukan. Wati belum pernah buwuh dan parahnya lagi Wati telah memecah dan mengambil uang yang selama ini telah dikumpulkan Ibu Wati. Kemudian Wati memberanikan diri untuk pulang kerumah. Apapun resikonya akan Ia hadapi.
Wati sampai di rumah sudah masuk waktu sholat maghrib. Ibu yang sedari tadi menunggu pun langsung menghampiri anak bungsunya.
“Assalamu’alaikum, Wati pulang, “ salam Wati dengan suara lirih
“Wa’alaikumsalam. Ya Allah Nduk kok bisa kamu pulang jam segini?” Seru ibu khawatir.
“iya Bu, tadi ada kegiatan ekstra,”Jawab Wati bohong.
Nduk, sejak kapan Ibu ngajari kamu berbohong? Coba ceritakan yang sebenarnya.” Kata ibu bersabar.
Tiba-tiba wati menangis tersedu-sedu. Wati tak bisa mengatakan apa-apa setelah berbohong pada ibunya ia merasa sangat bersalah pada Ibunya. Ibu langsung merangkul Wati dan menenangkannya.
“Nggak apa-apa nduk, Ibu ndak marah.” Kata ibu menenangkan Wati
“Buuu, maaf... Wati yang makan tonjokan dari Bu Ninda, Wati juga yang mecahin celengan Ibu. Maafkan Wati bu. Huhuhu”. Jawab Wati sesegukan.
Nggih Nduk,wis ojo nangis meneh cup..cupp. Ayo ceritakan pada Ibu bagaimana kejadiannya.”Ujar ibu.
“Kemarin waktu pulang sekolah Wati melihat ada kotak tonjokan. Karena lapar,  Wati langsung makan. Tapi, Ibu bilang yang makan tonjokan itu harus buoh. Akhirnya Wati pecah celengan Ibu untuk buoh ke mantenannya Bu Ninda. Wati merasa bersalah makanya nggak berani pulang,”cerita Wati.
Oalah begitu ceritanya Nduk.Sebenarnya yang Ibu maksud itu Mbak Nurul, bukan kamu. Makanya tanya Ibu dulu lain kali,” jawab Ibu .
“Inggih Bu,” jawab wati lega telah mengatakan semuanya pada Ibu.
“Ya wis ayo masuk, sebentar lagi Bapakmu datang membawamakanan kesukaanmu.”
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Bapak Wati datang membawa makanan.Wati dan keluarga menyambutnya dengan senang. Mereka langsung bergegas ke ruang makan untuk makan bersama.






0 komentar:

Posting Komentar